Elektabilitas PKS Turun, Survei: Salah Satunya Gelora Effect

Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah Putra. Foto: ipo.or.id

Indonesia Political Opinion (IPO) merilis hasil survei yang dilakukan bulan Agustus 2021 ini. Ada beberapa poin penting yang menjadi target survei lembaganya, salah satunya mengenai pergerakan elektabilitas partai politik kelas menengah.

Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah Putra mengatakan, pergeseran posisi paling terlihat, yakni menurunnya elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS), posisi di bulan April ada di urutan ke 5 (5.3%) menurun ke posisi 8 (4.9%).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa suara PKS merosot. Salah satunya adalah Gelora Effect.

“Kondisi PKS sangat mungkin dipengaruhi lahirnya Partai Gelora, di mana dalam temuan IPO Gelora mendapat respon elektabilitas 0.7 persen, ini posisi bagus untuk partai baru, dan berbanding terbalik dengan nasib sesama new-comers partai Ummat yang belum mendapat respon publik, 0.0%.” kata Dedi pada Minggu (15 /8/2021) seperti dilansir dari Tagar.id.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, Partai Amanat Nasional (PAN) mengalami peningkatan signifikan, dari posisi bulan April 2021 PAN di angka 2.2% meningkat ke 5.8%.

Konsistensi PAN akhir-akhir ini cukup menegaskan soliditas yang terbangun di kepemimpinan Zulkifli Hasan.

“Meskipun mengalami perpecahan dengan hadirnya partai Ummat, tetapi Zulhas berhasil membuktikan kepiawaiannya menjaga soliditas PAN, bahkan berhasil mengungguli PKS, ini temuan menarik sekaligus pesan untuk PKS agar lebih waspada,” ujarnya.

Pergerakan elektabilitas PAN menurut Dedi sangat prospektif. Apalagi pencapaian elektabilitasnya bisa meningkat 100 persen dari hasil temuan data sebelumnya.

“Presentase peningkatan PAN cukup mengagetkan jika dibanding survei sebelumnya hanya 2.2 persen, kini PAN mengantongi perolehan elektabilitas 5.8 persen, naik seratus persen lebih, dan ini sejalan dengan respon publik pada ketokohan Zulhas yang berhasil masuk 10 besar,” terangnya.

Bagi Dedi, data yang ditemukannya itu bisa ditarik kesimpulan bahwa ada pertarungan sengit antar partai politik dalam meraih elektabilitasnya.

Parpol untuk kategori kelas menengah dalam menghadapi konstelasi politik 2024 menang cukup menegangkan, terutama parpol berbasis pemilih Islam.

PKB misalnya, meskipun berada di urutan teratas dengan angka 7.5 persen di kelompok parpol Islam, tetapi angkanya tidak jauh berbeda PAN dan PKS, sehingga masih memungkinkan terjadinya perebutan pemilih secara ketat.

“Terjadi pergerakan elektabilitas di parpol kelas menengah, dan ini pertanda bagus, artinya publik memperhatikan mereka, di luar kelompok PKB, PAN dan PKS,” katanya.

“Ada Demokrat yang terlihat bergeliat, pergerakan angkanya terasa sejak survei April 2021 dan sekarang Demokrat berhasil bertahan di posisi ke 4, ini kemajuan bagus untuk Demokrat dan AHY. Sementara Gerindra meskipun berada di 3 besar, tetapi trennya menurun,” ujarnya.

Pos terkait