Bersama Endang-Wahyu Menuju Konsel Baru, Masyarakat Jadi Tuan di Rumah Sendiri

tujuh pilar pembangunan Paslon Bupati dan Wakil Bupati Konsel nomor urut 3, Muh. Endang-Wahyu.

KONAWE SELATAN — Pasangan calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Konawe Selatan (Konsel) nomor urut 3, Muh. Endang SA-Wahyu Ade Pratama Imran melaksanakan kampanye terakhir di Kecamatan Konda, Sabtu (5/12/2020) malam. Melalui kesempatan tersebut, Endang memaparkan mimpi dan cita-citanya bersama Wahyu mewujudkan “Konsel Baru” bersama masyarakat.

Mantan Wakil Ketua DPRD Provinsi Sultra ini mengingatkan kepada simpatisan, relawan dan masyarakat setempat yang hadir pada kampanye tersebut, tentang mimpi-mimpi para pendiri dan pendahulu Konsel. Dimana, perjuangan mereka dalam mewujudkan terbentuknya Kabupaten Konsel untuk menjadikan rakyat Konsel sebagai tuan di rumahnya sendiri, berdaya dan berdiri di atas kaki sendiri.

“Jangan sampai kita lupa dan menghianati perjuangan pendahulu kita yang telah berjuang demi terbentuknya Kabupaten Konsel ini,” ujar politisi Partai Demokrat ini.

Lebih lanjut, mantan Ketua KNPI Sultra ini juga menjelaskan, almarhum Imran selaku mantan Bupati Konawe Selatan, peletak dasar pembangunan di daerah tersebut membayangkan, setelah periode kepemimpinannya berakhir, maka Konsel bersama pemimpin barunya bisa bergerak maju lebih cepat, karena beliau telah meletakan konstruksinya.

 

Endang menganalogikan, andai membangun sebuah rumah, pelanjutnya tinggal mengisi perabotnya. Akan tetapi, harapan itu rupanya meleset, karena lima tahun terakhir ini, rumah yang dicintai seluruh masyarakat Konsel tidak di isi, bahkan isinya dipreteli dan dibawa keluar Konsel.

Oleh karena itu, kata Endang, jangan heran lima tahun terakhiri ni, Konsel berjalan auto pilot. Terjadi kehampaaan kepemimpinan yang melayani rakyat, akibatnya masyarakat tidak mendapatkan apa-apa dari penyelenggaraan pemerintahan. Rakyat telah dijauhkan dari episentrum pembangunan, hanya menonton dan tak berdaya menghadapi situasi ini.

Paslon Bupati dan Wakil Bupati Konsel nomor urut 3, Muh. Endang-Wahyu menggelar kampanye terakhir di Kecamatan Konda. Foto: Dok. Parlemen.id

Ketua DPD Partai Demokrat Sultra ini menyampaikan, bahwa dirinya bersama Wahyu hadir dengan menawarkan “Konsel Baru”. Konsel yang normal, yang akan lebih banyak memperhatikan rakyatnya.

“Sejak awal memulai kampanye, kami membawa mimpi dan memberikan harapan. Karena kami yakin, hanya dengan ide dan pikiran jernih, cita-cita Konsel Baru, Konsel untuk semua dapat kita capai. Insha Allah, di masa kepemimpinan kami, APBD sepenuhnya untuk rakyat Konawe Selatan. Prioritas program pro rakyat, sektor pendidikan, kesehatan, pertanian, UMKM, dan penciptaan lapangan kerja,” paparnya.

Endang menambahkan, dibawah kepemimpinan Paslon yang mengusung akronim Ewako, anggaran pendidikan akan ditingkatkan. Beasiswa penuh kepada seluruh pelajar di Konsel semua jenjang sekolah bahkan perguruan tinggi akan diberikan. Putra-putri Konsel selaku pemilik tanah ini, harus bersekolah setinggi-tingginya dengan dukungan penuh pemerintah daerah, tidak boleh ada warga Konsel yang berhenti sekolah atau tidak sekolah hanya karena tidak memiliki biaya.

“Kami merencanakan setiap desa memiliki satu orang Doktor (S3) dengan beragam disiplin ilmu. Di masa datang, daerah ini akan dibangun sendiri oleh anak kandungnya yaitu putra-putri Konsel yang memiliki kualifikasi keilmuan yang dibutuhkan oleh daerah,” tambahnya.

Sebab, masih kata Endang, daerah yang maju adalah yang mendahulukan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), bukan mendahulukan merehab dan mengisi interior Kantor Bupati menjadi megah penuh kemewahan, sementara manfaatnya tidak dirasakan oleh rakyat. Membangun SDM mewariskan masa depan cemerlang, sementara membangun kantor mewah mewariskan benda mati.

Selanjutnya, di bidang kesehatan, fasilitas kesehatan diperbaiki, anggaran kesehatan akan lebih besar lagi. Kesejahteraan tenaga kesehatan akan ditingkatkan agar kinerja melayani masyarakat makin baik. Wanga Konsel tidak perlu lagi disibukan dengan persyaratan administrasi ketika berobat, cukup menunjukan KTP Konsel, semua jenis penyakit akan dilayani.

“Kami pastikan tidak ada warga Konsel yang ditolak oleh rumah sakit atau Puskesmas hanya karena tidak mampu
membayar. Tugas kami adalah melayani dan mengurusi seluruh kebutuhan warga tanpa terkecuali, semua warga Konsel berhak mendapatkan pelayanan terbaik dari pemimpinnya,” katanya.

Warga Konsel, lanjut Endang, mayoritas bekerja di sektor pertanian. Oleh karena itu, para petani tidak perlu was-was dengan produktivitas petani, karena pihaknya akan memastikan angggaran di bidang pertanian ditingkatkan, subsidi pupuk, penambahan alat mesin pertanian, menambah jumlah pendamping lapangan atau Mantri Pertanian di setiap desa. Yang terpenting adalah hasil pertanian memiliki pasar yang pasti.

“Tugas kami adalah menyiapkan pasarnya, memfasilitasi pembelinya, agar hasil pertanian diserap oleh pasar. Saya amati, selama ini hasil pertanian Konsel tidak difasilitasi oleh pemerintah daerah, sehingga petani mengalami kerugian, biaya produksi lebih besar dari pada hasil bertambah, problemnya adalah tidak diserap oleh dunia kerja karena lapangan kerja terbatas,” ungkapnya.

Di sektor lapangan kerja, ini sesuatu yang sangat penting. Angkatan kerja Konsel setiap saat terjadi karena minimnya inovasi pemerintah daerah untuk menciptakan lapangan kerja, dan tidak memiliki keberpihakan terhadap tenaga kerja asli Konsel. Misalnya, proyek-proyek pemerintah daerah dikerjakan oleh kontraktor dari luar bukan putra-putri Konsel. Hal ini sudah menjadi rahasia umum dan menjadi pergunjingan di mana-mana.

“Kita tahu, salah satu tujuan adanya proyek yang bersumber dari APBD adalah untuk pemberdayaan pengusaha lokal guna menyerap tenaga kerja lokal melalui program padat karya, melibatkan rakyat dalam jumlah besar sebagai tenaga kerja. Namun, yang terjadi di Konsel ini justru sebaliknya. Kami mendapat laporan, jalan usaha tani yang anggarannya bersumber dari APBN, kontraktornya atau pemborongnya dari luar, bahkan baju dinas pegawai dan baju aparat desa dijahit di luar Konsel. Putra-putri Konawe Selatan benar-benar hanya menjadi penonton di tanah tumpah darahnya sendiri. Kedepan, kebiasaan buruk ini harus disudahi, Kami akan kembalikan kepada warga Konawe Selatan,” pungkasnya.

 

Editor: Azka

Pos terkait