Tolak Aktivitas Tambang di Bentang Seblat, Masyarakat Bengkulu Demo Menteri LHK

Puluhan massa yang tergabung dalam Koalisi Selamatkan Bentang Alam Seblat demonstrasi tolak aktifitas tambang di Bentang Seblat, Senin (25/10/2021) / Dok. Ist

BENGKULU – Puluhan massa yang tergabung dalam Koalisi Selamatkan Bentang Alam Seblat, Senin (25/10/2021) melakukan aksi penolakan aktivitas pertambangan di wilayah konservasi tersebut.

Presiden Mahasiswa Universitas Bengkulu, Tere Ade Rempas menilai bahwa tambang batu bara PT Inmas Abadi hanya akan mengakibatkan dampak buruk yang berkelanjutan dan memunculkan masalah baru untuk lingkungan di kawasan Bentang Seblat.

“Aksi ini merupakan rangkaian penolakan yang sudah sejak lama disuarakan sejak adanya izin pada tahun 2017,” kata Tere dalm keterangannya yang diterima Parlemen.id, Senin (25/10/2021).

Setidaknya 64 lembaga dalam koalisi ini meminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemenlhk) untuk tidak mengubris permintaan PT Inmas Abadi untuk menyusun dokumen Amdal.

Bacaan Lainnya

Selain itu koalisi yang merupakan gabungan dari berbagai elemen seperti mahasiswa, OKP, NGO serta perwakilan warga ini juga menuntut kepada Gubernur atau Menteri utk mencabut izin nomor I.315 ESDM tahun 2017 tentang izin usaha pertambangan (IUP) operasi produksi kepada PT Inmas Abadi yang menjadi asal-muasal kekacauan Bentang Seblat.

Tere mencontohkan permasalahan seperti di PLTU Teluk Sepang dan beberapa perusahaan lain yang akhirnya hanya menanamkan bibit permasalahan baru di Bengkulu. Hingga saat ini belum mampu dituntaskan oleh pemerintah pusat dan daerah.

Respi Candra Pratama, Koordinator Pusat koordinasi Daerah Mahasiswa Pecinta Alam se Provinsi Bengkulu menyatakan bahwa kawasan bentang alam seblat adalah rumah terakhir gajah tersisa.

“Selamatkan bentang alam seblat jangan sampai gajah hanya dianggap mitos oleh generasi selanjutnya,” katanya.

Olan Sahayu Manager Kampanye Energi Kanopi Hijau Indonesia mengatakan runtuhnya daya dukung dan daya tampung bentang seblat akan merugikan banyak pihak. Petani merugi, karena ancaman banjir bandang di wilayah persawahan dan kebun mereka, pelaku wisata merugi karena tidak ada lagi daya tarik yang bisa dinikmati oleh wisatawan lokal maupun internasional.

Bahkan negara akan merugi karena program konservasi yang sudah dilaksanakan akan sia-sia, belum lagi biaya yang akan dikeluarkan negara jika banjir bandang menghantam

“Permintaan kami hanya meminta kepada menteri untuk tidak bermain-main dengan keselamatan bentang seblat, terlalu banyak korban yang akan jatuh jika bentang seblat hancur, satwa gajah, harimau, serta aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup warga,” ujar Olan.

Pos terkait