KENDARI – Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Sultra menunjukkan sejumlah tempat di Sulawesi Tenggara (Sultra) potensial untuk pengembangan wisata. Spot pulau, laut, dan bawah laut memiliki potensi tersebut. Tak ketinggalan jejak peradaban masa silam memiliki pamor untuk itu. Pun demikian dengan bangunan kekinian yang berada di lokasi strategis, dapat mendorong arus pelancong untuk berkunjung ke Sultra.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Sultra, Parinringi mengatakan kepada Parlemen.id pada Senin (18/10/2021), potensi investasi wisata di antaranya berada di Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Konawe Utara, Kota Baubau, dan Kota Kendari.
Taman Nasional Wakatobi
Taman Nasional Wakatobi di Kabupaten Wakatobi merupakan satu dari beragam kekayaan alam nusantara yang potensial memikat pelancong. Taman nasional yang diresmikan tahun 1996 ini, merupakan Taman Nasional Laut (TNL) terluas kedua di Indonesia. Menjadi habitat bagi 90 persen jenis karang yang ada di dunia dan lebih dari 942 spesies ikan.
Wakatobi mendapat julukan sebagai destinasi wisata bahari terbaik, tak hanya di Indonesia tetapi juga dunia. Kekayaan hayati yang melimpah itu pun telah menggerakkan Word Wildlife Fund (WWF) untuk turun tangan dalam upaya pengelolaan dan pelestarian alam Wakatobi.
Wakatobi terdiri dari empat gugusan pulau, yaitu Wanci, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.
Di antara banyak titik selam di Wakatobi, terdapat empat yang memukau penyelam lokal dan asing, yakni Coral Garden, Cornucopia, House Reef, dan Roma.
Salah satu yang menjadi favorit penyelam adalah Roma di perairan pulau Tomia. Begitu memasuki area selam ini, pelancong langsung disambut red-tooth tigerfish dan gerombolan ikan warna-warni lainnya. Tak hanya ikan, terumbu karang dan rumput laut dengan warna cantik juga ada di sini.
Potensi memikat pelancong ini membuat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengucurkan dana Rp 36 miliar dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk penataan kawasan wisata di Pulau Wangi Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Selain pembenahan fisik, anggaran itu digunakan untuk kegiatan non-fisik.
“Guna mendukung pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN),” terang Kepala Dinas Pariwisata Wakatobi, Nadar pada Jumat (13/8/2021) seperti dikutip dari antaranews.
Pulau Labengki
Pulau Labengki di Kabupaten Konawe Utara merupakan kawasan Konservasi dengan nama TWA (Taman Wisata Alam) Lasolo di bawah Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup serta BKSDA Sultra. Di destinasi wisata ini terdapat pulau-pulau kecil dan memiliki keindahan bawah laut dengan berbagai jenis hewan langka, karang-karang besar, serta berbagai biota menarik yang masih terjaga kealamiannya.
Potensi Labengki memikat pelancong ini membuat sarana pendukung aktivitas pun hadir. Misalnya jaringan seluler dan internet bercepatan 30 Mbps dengan jaringan 4G sudah dapat dinikmati di wilayah tersebut. Akses ke tempat ini pun sudah dapat menggunakan speedboat dengan waktu tempuh kurang lebih 2-3 jam dari Kabupaten Konut dan 5 jam dari Kota Kendari.
Pulau Bokori
Destinasi Wisata Bahari yang mulai ramai dikunjungi, yakni Pulau Bokori di Kabupaten Konawe.
Pulau ini sebelumnya merupakan bekas wilayah pemukiman masyarakat Suku Bajo. Dengan pengelolaan yang kini dibuat profesional, di destinasi ini terdapat sejumlah fasilitas yang memanjakan pengunjung.
Lokasi ini juga tak terlalu jauh dari Kota Kendari. Akses jalan ke lokasi juga sudah sangat baik. Waktu tempuh untuk menyeberangi Teluk Kendari sebelum sampai ke Pulau Bokori hanya memakan 15 menit.
Masjid Al Alam
Meski merupakan bangunan kekinian, Masjid Al Alam memiliki daya pikat pengunjung. Sebabnya, masjid ini terdapat di tengah Teluk Kendari, sehingga tampak terapung. Lokasinya ini membuat Masjid Al Alam menjadi ikon wisata religi di Kota Kendari.
Keindahan arsitektur masjid seluas 12.692 meter persegi ini menjadi pemikat, selain tujuan beribadah. Bagi para pemburu foto dan video, beberapa spot di Masjid Al Alam juga sangat instagrammable.
Benteng Keraton Buton
Benteng Keraton Buton merupakan jejak peradaban masa silam di Pulau Buton dan sekitarnya. Benteng yang dibangun pada abad ke 16 ini memiliki luas 22,8 hektar dengan 12 pintu masuk. Lokasinya berada di ketinggian dan tengah Kota Baubau.
Selain warga yang mendiami, di dalam benteng ini juga terdapat Masjid Keraton Buton yang usianya sudah ratusan tahun. Ada pula tiang bendera setinggi 21 meter yang umurnya ratusan tahun. Juga ada peninggalan makam para raja dan sultan, lubang batu pelantikan, istana, dan sejumlah peninggalan sejarah lainnya. Memasuki kawasan ini seperti melakukan napak tilas peradaban Buton pada masa lalu.
Pada Juni 2019 lalu, Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi sudah menggaungkan dan mengajak pengusaha berinvestasi di sektor pariwisata Sultra.
Gubernur Ali Mazi bahkan berjanji memberikan karpet merah kepada pengusaha lokal yang tertarik mengembangkan potensi pariwisata di Sulawesi Tenggara.
“Kalau ada putra-putri lokal Sultra yang serius berinvestasi di sektor pariwisata tidak mungkin kita mengutamakan pengusahan luar daerah. Silahkan mengajukan gagasan ke pemerintah daerah, dijamin diprioritaskan,” kata Gubernur Ali Mazi seperti dikutip dari antaranews.
Untuk mendukung pengembangan potensi pariwisata, Pemprov Sultra membangun infrastruktur dan sarana pendukung baik untuk wisata sejarah, maritim, budaya, maupun wisata alam.
“Potensi wisata sejara, maritim, budaya, dan wisata alam yang melimpah harus dibangun secara terintegrasi, sehingga wisatawan yang berkunjung terus meningkat,” kata Gubernur Ali Mazi.
Infrastruktur yang dimaksud, yakni pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara untuk memudahkan akses ke wilayah destinasi.
Sumber gambar:
1. Alam bawah laut Wakatobi, Instagram @berlinerhugia, @sasmitasugiardi92
2. Gugusan pulau karang kecil, wisata alam Labengki, courtesy haraduta
3. View Pulau Bokori, Instagram@_aaaallll
4.. Masjid Al Alam, Instagram @miunsrv
5. Salh satu sudut Benteng Keraton Buton,courtesy Antaranews