KENDARI – Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan wilayah provinsi yang terdiri dari wilayah daratan dan wilayah kepulauan dengan kekhasan budaya dan agama. Kontur wilayah yang sebagian besarnya adalah pegunungan juga membuat sejumlah daerah di Sultra tetap rentan dengan ancaman bencana alam.
Masa pandemi Covid-19 yang merupakan bencana non alam juga menjadi perhatian khusus pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, dan setiap rumah ibadah menjadi tempat berlindung dan secara tidak langsung harus diantisipasi sebagai salah satu lokasi rawan penyebaran virus corona.
Sehingga Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Tenggara, Muhammad Yusup kemudian menggagas proyek Rumah Ibadah Tangguh Bencana atau disingkat RITANA sebagai lokasi yang dapat melindungi masyarakat dari segala jenis bencana, baik bencana alam maupun bencana nonalam.
Perjalanan panjang untuk mewujudkan Rumah Ibadah Tangguh Bencana sebagai proyek perubahan telah dilakukan oleh Kepala BPBD Sultra ini, yang dimulai dengan pertemuan mentor yang dilanjutkan dengan pembentukan tim efektif penyusunan rencana proyek, kemudian survey ke rumah ibadah dan koordinasi dengan stakeholder terkait.
Hal tersebut dilakukan dalam rangka penyusunan draft gubernur yang diakhiri dengan launching Rumah Ibadah Tangguh Bencana pada Ekspose 3 Tahun Kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, pada 6 September 2021 lalu.
“Rumah Ibadah tanggguh Bencana atau RITANA adalah proyek perubahan yang kami gagas dalam rangka bagaimana memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Dimana kita ketahui bahwa penyebaran Covid-19 sangat tidak terkendali utamanya dari tempat-tempat ibadah, kepada banyak masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan, sehingga banyak terjadi penyebaran Covid-19 ini menjadi klaster-klaster bari dari rumah ibadah,” beber Muhammad Yusup.
Oleh karena itu melalui program RITANA ini diharapkan masyarakat ataupun tempat ibadah tidak lagi menjadi klaster baru dalam penyebaran virus Covid-19.
Muhammad Yusup menjelaskan gagasan inovasi rumah ibadah yang tangguh dari segi struktur bangunan maupun lokasi pendirian bangunan dengan pemahaman manajemen bencana di rumah ibadah mulai dari tahap pra-bencana, tahap darurat bencana dan tahap pasca bencana.
“Kedepannya kita harap ada regulasi yang mengatur tentang rumah ibadah tangguh bencana dalam rangka mengurangi risiko bencana
baik bencana alam maupun bencana nonalam seperti Covid-19,” kata Yusup dalam presentasinya.
Selain itu, melalui program Rumah Ibadah Tangguh Bencana ini nantinya ada para pemuka agama dan pengurus rumah ibadah yang memahami dan mampu memberikan sosialisasi dan edukasi bencana alam dan bencana nonalam melalui khutbah atau ceramah terkait bencana dan lingkungan.
Dan kemudian bisa dibangun Early Warning System (sistim peringatan dini) tentang bencana alam dan bencana nonalam dari rumah ibadah.
Bahwa proyek perubahan ini akan menghasilkan manfaat yang luas bagi pemerintah dan utamanya masyarakat Sulawesi Tenggara sebagai sebuah bentuk mitigasi terhadap bencana baik bencana alam maupun bencana nonalam seperti yang sedang terjadi saat ini yakni bencana nonalam wabah Covid-19.
“Kami juga tetap akan melakukan monitoring dan evaluasi secara sistematis untuk memantau perkembangan pelaksanaan program Rumah Ibadah Tangguh Bencana ini,” kata Yusup.
Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir mengapresiasi program Rumah Ibadah Tanggap Bencana yang diinisiasi oleh Kepala BPBD Sultra.
“Kami di Kota Kendari sangat mengapresiasi tinggi program RITANA yang diinisiasi oleh Bapak Muhammad Yusup selaku Kepala BPBD Sultra,” kata Sulkarnain Kadir dalam pernyataannya.
Dikatakan Sulkarnain, program RITANA ini sangat tepat diadakan, terlebih lagi Kota Kendari juga merupakan wilayah yang rawan bencana alam maupun bencana non alam. Sehingga diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam kesiapan menghadapi bencana yang akan terjadi dan telah terjadi di Sulawesi Tenggara, khususnya Kota Kendari.
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi menyebutkan bencana alam maupun bencana nonalam yang biasa menimpa daratan Sultra perlu penangana. yang komprehensif termasuk penyiapan rumah ibadah sebagai wujud ketangguhan bencana.
“Saya selaku Gubernur Sulawesi Tenggara mengapresiasi proyek perubahan dari Muhammad Yusup yang bernama Rumah Ibadah Tangguh Bencana,” bilang Ali Mazi dalam pernyataannya.
Semoga dengan Rumah Ibadah Tangguh Bencana ini, kata Ali Mazi, dapat membawa dampak perubahan dan pengetahuan masyarakat terhadap pengurangan resiko bencana.
Kemudian Sekretaris Utama (Sestama) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan mengatakan Indonesia adalah wilayah rawan bencana, dimanapun berada, dari sabang sampai merauke, bencana selalu ada disekitar kita. Sehingga setiap aktifitas warga harus beradaptasi dengan bencana, tak terkecuali ketika berada di rumah ibadah.
“Dan rumah ibadah kita harus menjadi rumah ibadah yang tangguh bencana. Dan saya memberikan dukungan atas proyek perubahan dari saudara Muhammad Yusup tentang Rumah Ibadah Tangguh Bencana,” kata Lilik Kurniawan dalam pernyataannya.
Lanjut Lilik, Rumah Ibadah Tangguh Bencana ini bisa menjadi solusi bagaimana memperkuat ketangguhan masyarakat dari ancaman bencana.***