KENDARI – Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tenggara (Kadispar Sultra), Belli Harli Tombili menyebut Gua Matarombeo, di Kabupaten Konawe Utara (Konut) hanya untuk jenis wisata minat khusus.
“Kalau untuk ke Matarombeo kita arahkan untuk wisata minat khusus bagi yang ingin mengeksplor gua,” kata Belli dikutip Tribun, Minggu (7/8/2022).
Hal ini guna menjaga kelestarian lingkungan dan kerusakan terhadap lukisan purba didalam Gua Tengkorak Matarombeo.
“Sebaiknya wisata yang seperti itu tidak dibuat dalam konsep tourism. Semua orang nanti berkunjung kesana dan khawatirnya bisa mengganggu kebersihan. Lalu merusak lukisan purba itu sendiri,” jelasnya.
Ia pun berharap agar penelitian gencar dilakukan oleh perguruan tinggi baik mahasiswa atau dosen yang dapat menguak arti lukisan di Matarombeo.
“Pertama lukisan purba itu berusia berapa tahun kemudian dia (lukisan) menjelaskan apa dan mungkin dari peradaban mana yang melakukan itu,” ujarnya.
“Nanti bisa menjawab pertanyaan awal mula kemunculan lukisan itu,” tambahnya.
Gua Matarombeo ini merupakan salah satu kawasan karst terluas di Sulawesi, sehingga alamnya pun harus tetap dijaga.
“Salah satu kawasan karst yang terdapat lukisan purba dan sudah pernah diteliti oleh teman-teman dari Nature Evolution Prancis yang kebetulan sepertinya masih ada mereka di sana,” tuturnya.
Meski begitu, pesona Matarombeo ini telah ditetapkan dalam peraturan gubernur sebagai salah satu tujuh destinasi wisata unggulan penyangga Wakatobi.
“Jadi kalau di Sulawesi Tenggara kita bicara pariwisata lidingnya itu adalah Wakatobi karena dia sudah ditetapkan sebagai KSPN,” ucapnya.
“Nah, destinasi penyangganya itu adalah salah satunya Matarombeo yang oleh dinas kita sebut seven wonder,” tandasnya.
Belli Harli Tombil menerangkan dengan dijadikan wisata minat khusus, peneliti yang berkunjung ke Matarombeo bisa menjawab makna lukisan yang terkandung.
“Dan mungkin lukisan purba itu kita teliti lebih lanjut mungkin akan bisa menjawab beberapa pertanyaan mendasar kita sebagai orang Sulawesi Tenggara dari mana kita berasal,” katanya.
Untuk menuju ke hutan hijau ini pun masih terbatas, dan hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki.