BPBD Sultra: Keluarga Tangguh Bencana Pilar Bangsa Menghadapi Bencana

Apel Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana di Baubau (27 Maret 2022)/Dok. Biro Adpim

KENDARI – Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman budaya, suku, adat istiadat, tradisi, ras dan juga sumber daya alamnya yang melimpah. Dibalik semua itu, Indonesia juga memiliki sisi gelap yaitu banyak bencana yang pernah melanda negeri tercinta kita ini. Terlebih juga di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Dengan masih banyak lagi bencana yang datang silih berganti, sehingga perlu bagi kita untuk sadar akan bencana, mampu memahami resiko bencana, dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Tenggara, Muhammad Yusup dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana pada 26 April 2022 lalu.

Dikatakannya, bahwa sesuai dengan arahan Presiden RI, Joko Widodo pada saat Rakornas Penanggulangan Bencana 2022, maka perlu adanya pembangunan sistem edukasi kebencanaan berkelanjutan di daerah rawan bencana, budaya sadar bencana harus dimulai sejak dini mulai dari individu, keluarga, komunitas, sekolah, sampai lingkungan masyarakat. Sesuai dengan konsep pentahelix dimana perlu adanya partisipasi dari semua elemen masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana.

Bacaan Lainnya
Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi (tengah foto)/Dok. Biro Adpim

“Salah satu partisipasi aktif yang bisa dilakukan masyarakat adalah aktif dalam pelatihan dan simulasi penanggulangan bencana,” kata Muhammad Yusup dalam keterangannya.

Sehingga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)menginisiasi  tanggal 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana. Tanggal ini dipilih untuk memperingati ditetapkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Berdasarkan sosialisasi Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022, tahun ini ditetapkan dengan tema Siap Untuk Selamat dengan sub tema Keluarga Tangguh Bencana Pilar Bangsa Menghadapi Bencana.

“Tujuan dari Hari Kesiapsiagaan Bencana tahun 2022 adalah meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan bencana seluruh lapisan masyarakat di masa pandemi Covid-19 menuju Keluarga Tangguh Bencana. Pelaksanaan hari kesiapsiagaan bencana dapat melalui sosialisasi, kampanye, pelibatan tokoh masyarakat, ataupun melalui media cetak, sosial, dan elektronik,” jelas Yusup.

Pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana berlangsung selama satu bulan, dimulai dari tanggal 25 Maret 2022 dan puncak acaranya akan diadakan pada 26 April 2022.

“Kenali ancamannya, pahami resikonya, dan tingkatkan budaya resiko bencana,” tegasnya.

Sementara itu Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto mengatakan Hari Kesiapsiagaan Bencana bukan sekedar kegiatan seremoni, tetapi mengedepankan aksi nyata dengan target nyata meningkatkan kesadaran keluarga yang tangguh menghadapi bencana.

“Karena Ssudah berulang kali kita narasikan, tentang negara Indonesia tercinta kita ini yang ditakdirkan berada pada posisi rawan bencana,” kata Suharyanto dalam arahannya kepada seluruh BPBD se-Indonesia.

Lanjut Suharyanto, Indonesia bukan saja rawan bencana karena letak geografisnya serta faktor “ring of fire”, tetapi juga rawan bencana non alam. Bahkan para pakar kebencanaan telah mencatat serta menyimpulkan bahwa bencana alam pada dasarnya adalah peristiwa berulang.

Ada bencana yang memiliki siklus tahunan, 10 tahunan, 100 tahunan dan ribuan tahun. Sebagai contoh, gempa dan tsunami di Aceh. Gempa dan tsunami di pantai barat Sumatera. Gempa serta tsunami di Palu.

Belum lagi peristiwa bencana hidrometeorologi berulang seperti banjir, longsor, dan kekeringan. Setiap daerah di Tanah Air pada dasarnya memiliki jenis dan tingkat ancaman bencana yang berbeda.

Karena itu, setiap keluarga harus memahami potensi bencana yang ada di tempat tinggalnya. Setiap keluarga harus mendapatkan edukasi kebencanaan agar tercipta keluarga tangguh bencana sebagai pilar menghadapi bencana. Tingkat pemahaman keluarga terhadap potensi bencana yang ada di wilayahnya, harus dibarengi kegiatan mitigasi.

“Sekali lagi saya tekankan, mitigasi!,” tegas Suharyanto.

“Karenanya, latihan-latihan evakuasi menjadi sangat penting. Pemahaman evakuasi yang baik, akan meminimalisir jatuhnya korban. Dengan kata lain, kegagalan proses evakuasi karena kurangnya pemahaman ada kalanya menjadi faktor utama jatuhnya korban dalam perisitwa bencana alam,” sambungnya.

Simulasi mitigasi bencana gempa bumi/Dok. Biro Adpim

BNPB berharap setiap kegiatan Hari Kesiapsiagaan Bencana harus melibatkan sebanyak-banyaknya partisipasi masyarakat. Jika tahun 2019 BNPB berhasil melibatkan lebih dari 53 juta masyarakat Indonesia yang berkomitmen turut serta dalam gerakan kesiapsiagaan bencana, maka tahun ini targetnya haruslah semua keluarga sebangsa se-tanah air, sesuai tema yang dicanangkan.

Data kependudukan 2021 mencatat sekitar 86,4 juta Kartu Keluarga yang tersebar di seluruh pelosok Ibu Pertiwi. Gerakan Hari Kesiapsiagaan Bencana harus bisa menyentuh mereka. Latihan kesiapsiagaan mutlak dilakukan secara berkala. Latihan kesiapsiagaan bencana menjadi sesuatu yang rutin, sesuai kebutuhan keluarga di masing-masing daerah.

Kita tahu, tugas mulia itu tidak bisa hanya disandang oleh BNPB. Perlu ada kolaborasi dengan para pihak agar tercipta keluarga Indonesia yang tangguh menghadapi bencana.

“Mari kita wujudkan keluarga tangguh Indonesia menuju bangsa yang sejahtera! Semoga Tuan senantiasa member kita kekuatan dan pertolonganNya,” tutupnya.(Adv)

Pos terkait