Menelisik Potensi Investasi Pertanian dan Perkebunan di Sulawesi Tenggara

Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi (tengah) dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (paling kiri) melihat potensi perkebunan kakao di Sulawesi Tenggara/Dok. DPMPTSP Sultra

KENDARI – Data Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Sulawesi Tenggara (Sultra) menunjukkan, investasi komoditas pertanian dan perkebunan di Sulawesi Tenggara sampai pada Triwulan II Juli 2021 mencapai Rp62,53 miliar. Angka ini merupakan lima besar investasi di Sulawesi Tenggara setelah industri logam dasar, industri mineral non-logam, perumahan-perkantoran, dan transportasi-telekomunikasi.

Data IQFAST yang dirilis Karantina Pertanian Kendari, pada tahun 2018 terdapat sejumlah produk pertanian Sulawesi Tenggara yang keluar provinsi berupa beras 27,3 ribu ton, kakao 990,6 ton, jahe 65,5 ton, lada 839,2 ton, cengkih 3,04 ribu ton, dan kacang mete 4,5 ribu ton.

Sejumlah tanaman pertanian dan perkebunan memang cocok dengan kondisi tanah Sulawesi Tenggara. Selain mete yang menjadi andalan Sulawesi Tenggara, ada pula tanaman kakao, pala, cengkih, padi, jagung, lada, kedelai, kelapa, nilam, kemiri, dan kelapa sawit.

Menurut Kepala Balai Karantina Kendari, Prayitno Ginting, seperti dikutip dari antaranews.com, selama 2020 ada 12 komoditas tanaman perkebunan unggulan Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi ekspor atau menembus pasar internasional. Komoditas tersebut, yakni minyak nilam, kelapa bulat, kopra, tepung kelapa, kemiri, cengkeh, kakao biji, biji mete, beras, jagung dan lada biji.

Bacaan Lainnya

Potensi ekspor untuk 12 komoditas unggulan Sulawesi Tenggara ini pada tahun 2020 totalnya mencapai 183.294 ton. Komoditas jagung menjadi yang terbesar sebanyak 60.320 ton, kemudian berturut beras 31.991 ton, kopra 28.329 ton, mete biji 15.618 ton.

Kemudian lada biji, 4.821 ton, cengkeh 7.707 ton, kakao biji 11.986 ton, kemiri 1.881 ton, kelapa bulat 12.989 ton, tepung kelapa 836 ton, minyak nilam 65 ton dan inti kelapa sawit 6.747 ton.

Namun pada tahun 2020, dari 12 komoditas unggulan itu  hanya empat komoditas yang diekspor yakni kacang mete, biji lada, kakao cair, dan kelapa serabut. Total volume ekspor keempat komoditas ini mencapai 196,1 ton dengan negara tujuan Tiongkok, India, Jerman, Malaysia dan Vietnam.

Dukungan Pelabuhan Kendari New Port, Bungkutoko, Kendari, Sulawesi Tenggara, sebagai pelabuhan pengumpul yang dapat menampung kapal penumpang dengan ukuran 6.022 GT/Courtesy detikcom

Akses ekspor secara regional, nasional, maupun internasional kini Sulawesi Tenggara tak perlu lagi melalui pelabuhan di luar provinsi. Sejumlah komoditas unggulan tersebut dapat berangkat ke luar negeri menggunakan Pelabuhan Kendari New Port yang ada di Kelurahan Bungkutoko, Kota Kendari dan dengan begitu biaya akan menjadi lebih efisien.

Besarnya potensi perkebunan dan pertanian Sulawesi Tenggara, membuat Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara di bawah kepemimpinan Gubernur Ali Mazi dan Wakil Gubernur Lukman Abunawas telah merumuskan satu program untuk mendukung pengembangan potensi tersebut.

Melalui pendekatan pembangunan yang dinamakan Gerakan Akselerasi Pembangunan Daratan Lautan/Kepulauan (Garbarata) dengan lima pilar pendukung, salah satunya fokus pada potensi sektor perkebunan dan pertanian ini. Fokus pembangunan tersebut tertuang dalam pilar kelima yang diberi nama Sultra Produktif.

Pilar yang juga masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sulawesi Tenggara ini di dalam salah satu program prioritasnya berupa peningkatan kualitas dan produktivitas perkebunan dan pertanian. Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara melakukan fokus dari sektor hulu hingga ke hilir.

“Pilar Sultra Produktif ini lebih mengarah kepada pengembangan dan penguatan aktivitas ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara,” terang Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Sultra, Parinringi kepada Parlemen.id.

Dalam berbagai kesempatan, potensi perkebunan dan pertanian ini juga dipaparkan Gubernur Ali Mazi kepada sejumlah pihak. Seperti saat kunjungan Kepala BKPM RI, Bahlil Lahadalia di Sulawesi Tenggara pada akhir Maret 2021 lalu, Gubernur Ali Mazi mengenalkan sejumlah potensi investasi di Bumi Anoa termasuk dari sektor perkebunan dan pertanian.

Begitu pula saat Musyawarah Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang digelar di Kendari pertengahan 2021 lalu. Gubernur Ali Mazi juga memaparkan sejumlah potensi investasi Sulawesi Tenggara termasuk dari sektor perkebunan dan pertanian.

Pada kesempatan tersebut, Gubernur Ali Mazi mengatakan, kehadiran para pengusaha nasional di Kendari diharapkan dapat menarik minat untuk berinvestasi di Sulawesi Tenggara yang kaya akan sumber daya alam, mulai dari sektor pertambangan nikel, aspal, emas, perkebunan, pertanian, dan perikanan.

Gerakan Panen Jagung dalam rangka peringatan Hari Tani Nasional tahun 2020 di Sulawesi Tenggara/Dok. Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Sultra

Gubernur Ali Mazi juga berjanji memberikan karpet merah kepada pengusaha lokal yang tertarik berinvestasi di Sulawesi Tenggara.

“Kalau ada putra-putri lokal Sultra yang serius berinvestasi tidak mungkin kita mengutamakan pengusahan luar daerah. Silahkan mengajukan gagasan ke pemerintah daerah, dijamin diprioritaskan,” kata Gubernur Ali Mazi seperti dikutip dari antaranews.

Guna mendukung pengelolaan investasi dari berbagai sektor tersebut, termasuk pertanian, Gubernur Ali Mazi juga tak lupa membangun infrastruktur vital untuk mendukung mobilisasi hasil perkebunan dan pertanian tersebut yang juga tertuang dalam Pilar Sultra Produktif dalam bidang infrastruktur.

Dalam dialog “Sulawesi Tenggara Economic Briefing 2020-2024” yang digelar Jakarta, 14 Februari 2021 lalu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengajak semua pihak untuk menjaga dan mengoptimalkan sumber daya alam Indonesia dengan kekuatan dan kelebihan yang dimiliki.

“Saya kira untuk menjadi negara miskin sangat mustahil terjadi karena kita memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah. Terutama potensi di Sulawesi Tenggara yang tidak kalah dengan potensi apa pun di belahan dunia,” ujar Menteri Syahrul.

Menurutnya, kekuatan pangan nantinya akan tumbuh dari Indonesia Timur, apatah lagi di Sulawesi Tenggara. Dia menyebutkan banyak hal lain yang dapat dikembangkan di dataran Sultra, dan Kementerian Pertanian siap bekerjasama, mulai dari penyediaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga ketersediaan pasokan bibit pertanian.

Pos terkait