Melihat Potensi Investasi Unggulan Wonua Sorume di Sulawesi Tenggara

Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi (tengah) dan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam suatu momen melihat potensi kakao di Kabupaten Kolaka/Dok. Pemprov Sultra

KENDARI – Kolaka merupakan salah satu wilayah administratif kabupaten di bagian barat Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Kabupaten Kolaka juga menjadi salah satu gerbang utama memasuki wilayah Sultra bagi mereka yang menumpangi kapal laut dari daerah Bajoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Kabupaten yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 dengan wilayah yang didominasi perairan seluas 15.000 km2 dibanding dengan daratan yang luasannya mencapai 3.283,59 km2, memiliki beragam kekayaan alam sebagai sektor unggulan yang berpotensi untuk dikelola oleh para investor.

Sesuai data capaian realisasi investasi berdasarkan kabupaten/kota tahun 2021, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sultra, Kabupaten Kolaka berada di urutan ke tiga terbesar.

“Realisasi investasinya mencapai Rp1.400 triliun,” beber Kepala DPMPTSP Sultra, Parinringi dalam keterangannya.

Bacaan Lainnya

Dibawah kepemimpinan Bupati Ahmad Safei dan Wakil Bupati Muhammad Jayadin, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kolaka terus mempersiapkan dan memberikan kemudahan kepada para pengusaha dan investor guna terjalinnya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.

Tak kalah dengan kabupaten-kabupaten lainnya di Sultra, Wonua Sorume Kabupaten Kolaka juga menyimpan potensi disektor pertambangan, pariwisata, perindustrian, perkebunan, dan perikanan.

Obyek vital nasional, Pabrik Feronikel Unit Bisnis Pertambangan Nikel PT Antam Tbk di Pomalaa, Kabupten Kolaka, Sulawesi Tenggara/Ist

Pertambangan

Potensi mineral dan mineral nonlogam di Kabupaten Kolaka cukup besar. Di Kecamatan Wolo, Wundulako, Baula, Pomalaa, Tanggetada dan Watubangga menawarkan potensi pertambangan nikel dengan perkiraan cadangan sekitar 1,3 miliar ton. Sementara di Kecamatan Wundulako sendiri memiliki potensi magnesit dengan perkiraan cadangan sekitar 1,93 juta ton.

Potensi pasir kuarsa sebagai bahan utama pembuatan kaca juga berada di Kecamatan Watubangga, Tanggetada, Pomalaa, Wundulako dan Baula dengan perkiraan deposit sekitar 1,05 juta m3.

Kecamatan Watubangga menawarkan kesempatan investasi pengolahan lempung atau tanah liat dan batu gamping atau batu kapur atau istilah luarnya biasa disebut “limestone” dengan cadangan deposit sekitar 4,33 miliar m3.

Saat ini juga Pemkab Kolaka juga tengah mempersiapkan kawasan pengembangan potensi pertambangan. “Diantaranya, pertambangan minyak dan gas bumi di laut Kepulauan Padamarang, Kecamatan Wundulako. Rencana Wilayah Kerja Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (WKP Migas) terdiri dari rencana WKP Bone Bay Blok seluas 8.044 km2 yang meliputi Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara, serta rencana WKP Blok Kolaka Dan Bombana,” beber Bupati Kolaka, Ahmad Safei.

Pariwisata

Pemkab Kolaka tak henti-hentinya merevitalisasi mengembangkan potensi-potensi pariwisata di bumi Mekongga itu. Diantaranya, Taman Wisata Alam (TWA) Mangolo, Kelurahan Mangolo sebuah areal hutan lindung dan hutan produksi yang luasnya sekitar 5.000 hektar di ketinggian sekitar 800 meter dari permukan laut dengan topografi  sungai dengan air terjun yang bersih juga terdapat berbagai macam tumbuhan kayu-kayuan dan tanaman obat serta terdapat hewan asli Sulawesi Tenggara yaitu Anoa.

Selanjutnya ada Tanjung Kayu Angin di Desa Sani-Sani, Kecamatan Samaturu, salah satu pantai di Kabupaten Kolaka yang berhadapan langsung dengan beberapa pulau di Teluk Bone dengan keindahan binir pantainya yang memanjakan mata.

Pulau Padamarang di Desa Towua, Kecamatan Wundulako ini kerap disebut seperti sepotong surga di atas awan Teluk Bone, mengingat letaknya yang berada di gugusan pulau di Teluk Bone. Tampak dari pesawat udara perjalanan rute Makassar-Kendari atau sebaliknya, ia terlihat paling besar dan berbentuk seperti bintang laut diantara enam pulau kecil lainnya menyuguhkan spot wisata pantai dan bukit yang seolah masih tertidur dan belum tersentuh perkembangan zaman.

Tidak ketinggalan pula Tamborasi, sungai terpendek di dunia dengan panjang aliran 20 meter dari hulu ke hilir dengan lebar 15 meter ini bermuara di Teluk Bone.

Disebut sebagai sungai terpendek di dunia karena aliran sungainya lebih pendek dari Sungai Kovasselva di Pulau Hitra yang panjangnya 22 meter, mulai di hulu dari Danau Kovassvatnet hingga hilir ke Laut Norwegia. Pendeknya aliran Tamborasi juga mengalahkan aliran Reprua sejauh 27 meter yang berada di negara Georgia.

Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi (kanan) dan Bupati Kolaka, Ahmad Sjafei dalam perbincangan/Ist

Industri

Kawasan pengembangan industri di Kabupaten Kolaka meliputi sentra industri besar yang mengolah mineral dan mineral nonlogam yang terdapat di Kecamatan Wolo, Samaturu, Latambaga, Kolaka dan Pomalaa. Serta sentra pengembangan industri sedang di Kecamatan Kolaka, Pomalaa, dan Kelurahan Mangolo, Kecamatan Latambaga yang akan dibangun menjadi kawasan industri perikanan.

Sementara industri rumahan tersebar di hampir seluruh kecamatan, dengan beragam produk mulai dari kerajinan tenun dan batik kain adat mekongga, kerajinan serat alam (nentu), kerajinan anyaman, kerajinan batu alam, penganan dodol coklat, penganan bagea mete, gula semut, madu hutan, minyak telur hingga meubel.

Perkebunan

Terdapat 18 jenis tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Kolaka, yakni: kelapa, kopi, kapuk, lada, pala, cengkeh, jambu mete, kemiri, kakao, enau/aren, kapas rakyat, kelapa sawit, tembakau, asam jawa, pinang, vanili, sahi dan nilam. Dari komoditas perkebunan tersebut empat diantaranya oleh Pemkab Kolaka dipersiapkan secara khusus kawasan perkebunan.

Kawasan perkebunan kakao saat ini memiliki luas tanam mencapai 29.166,76 hektar, tersebar di Kecamatan Wolo, Samaturu, Latambaga, Watubangga, Baula, Tanggetada dan Pomalaa dengan produksi mencapai 8.562,36 ton per tahun. Sehingga sebagai salah satu komoditas unggulan, Pemkab Kolaka tak segan-segan membangun letter sign bertuliskan “Kolaka Cocoa City” di bilangan Pantai Ria.

Melansir Publikasi Statistik Kakao Indonesia 2020 oleh BPS dan Publikasi Outlook Kakao Tahun 2020 yang diterbitkan Kementerian Pertanian (Kementan), secara umum Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi daerah penghasil kakao terbesar kedua di Indonesia setelah Provinsi Sulawesi Tengah, dengan nilai produksi sebesar 115.023 ton dengan total luas area lahan perkebunan kakao mencapai 246.296 hektar.

Kawasan perkebunan cengkeh di Kecamatan Latambaga, Kolaka, Wolo, Samaturu, Tanggetada, Baula, Wundulako, Pomalaa dan Watubangga dengan total luas tanam 11.205,30 hektar dan memproduksi sekitar 7.510 ton per tahun.

Saat ini juga, Pemkab Kolaka tengah menjajal kemungkinan kerjasama investasi pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit berskala nasional. Rencananya, pembangunan strategis pabrik sawit tersebut berlokasi di Desa Sopura, Kecamatan Pomalaa.

Hal tersebut dilakukan karena luasan kawasan perkebunan kelapa sawit di Kolaka mencapai 11.205,30 hektar tersebar dari Kecamatan Tanggetada, Polinggona, Watubangga, Samaturu hingga Toari mampu memproduksi setidaknya 136.597,59 ton kelapa sawit per tahun.

“Terbangunnya kebun kelapa sawit dan pabrik ini tentu akan menimbulkan multiplier effect yang tidak terhingga, bahkan digadang-gadang akan menyerap banyak tenaga kerja lokal, sehingga akan membuka lapangan kerja baru maupun menumbuhkan lapangan usaha baru, seperti kios-kios yang menyediakan bahan makanan, rumah kos, transportasi, dan kebutuhan lain yang berdampak pada masyarakar sekitar,” jelas Bupati Ahmad Safei.

Sementara itu juga sedang dikembangkan kawasan perkebunan lada yang tersebar di Kecamatan Tanggetada, Wolo, Baula, Samaturu, Wundulako, Latambaga, Watubangga, Polinggona, Pomalaa dan Toari, yang diharapkan dapat menjadi potensi ekonomi baru bagi Kabupaten Kolaka.

Letter sign “Kolaka Cocoa City” sebagai penegasan potensi perkebunan kakao Sulawesi Tenggara di Kabupaten Kolaka/net

Perikanan

Kawasan pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Kolaka yang terdapat di Kecamatan Watubangga, Tanggetada, Pomalaa, Wundulako, Kolaka, Latambaga, Wolo, Samaturu dan Toari, potensinya mencapai 37.500 ton namun saat ini produksinya baru mencapai 19.695,9 ton per tahun.

Untuk budidaya perikanan sendiri tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kolaka, meliputi budidaya perikanan laut, karamba, jaring apung, tambak sawah, dan kolam. Potensi wilayahnya mencapai 8.501,5 hektar dan baru dimanfaatkan sekitar 4.684 hektar.

Disisi lain, komoditi rumput laut juga menjadi unggulan Kabupaten Kolaka, potensinya sekitar 7.000 hektar dan baru dimanfaatkan sekitar 1.194,25 hektar.

Dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam dan perlindungan lingkungan hidup, Kabupaten Kolaka terus berbenah mempercepat pembangunan infrastruktur wilayahnya sebagai bagian tak terpisahkan dari penunjang masuknya investasi di Kabupaten Kolaka dan secara luas di Sulawesi Tenggara.

Pos terkait